Dinamikasumbawa.com
SUMBAWA- Kasus DBD di Kabupaten Sumbawa belakangan ini mengalami peningkatan. Dimana hingga akhir Januari 2025 lalu, DBD mencapai angka 89 kasus.
Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (BP3KL) Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa, H. Sarip Hidayat, S.KM., M.PH yang ditemui di ruang kerjanya, Selasa (4/2/2025) mengatakan, hingga akhir Januari 2025, tercatat 89 kasus DBD di seluruh Kabupaten Sumbawa. Jika dibandingkan pada Januari 2024 lalu, hanya terjadi 21 kasus.
“Jika dilihat trendnya ada peningkatan kasus lebih dari empat kali lipat,” ujar H. Sarip.
Menurutnya, peningkatan kasus DBD diduga kuat akibat tingginya curah hujan pada Januari tahun ini. Sementara pada tahun 2024, kasus DBD mulai meningkat pada Maret, dibarengi dengan tingginya curah hujan.
H. Sarip mengungkapkan, untuk kasus DBD ini paling banyak terjadi di Kecamatan Moyo Hulu. Hal ini disebabkan banyaknya tampungan air yang menjadi tempt perkembangbiakan nyamuk penyebab DBD. Mengingat, penyakit DBD ini erat kaitannya dengan kondisi lingkungan. Jadi, tidak jauh hubungannya dengan perilaku masyarakat.
Karena itu, terang H. Sarip, untuk menekan terjadinya kasus DBD, memang harus ada perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat. Jadi, masyarakat benar-benar harus bergerak semua untuk menekan kasus dengan pemberantasan sarang nyamuk. Barulah kasus DBD ini bisa ditekan.
Selain itu, Dinas Kesehatan juga sudah menyampaikan surat edaran Bupati Sumbawa ke semua sektor. Sebagai langkah antisipasi terjadinya kasus DBD. Pihaknya juga memanfaatkan jejaring yang ada, yakni puskesmas. Nantinya petugas puskesmas akan turun ke lapangan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat terkait bahayanya DBD. Kemudian melakukan studi epidemiologis dan survey jentik nyamuk. Dengan demikian, jika terjadi kasus maka akan diketahui sumbernya.
Selain itu, H Sarip mengaku, pihaknya juga turun ke sekolah untuk mensosialisasikan pentingnya kebersihan lingkungan. Pihaknya memilih sekolah sebagai sasaran, karena sebagian besar penderita DBD yang ditemukan masih berusia sekolah. Paling banyak, penderitanya adalah siswa SD.
“Karena hampir 90 persen kasusnya terjadi pada anak-anak, khususnya siswa SD. Ada juga yang usianya pra sekolah dan orang dewasa. Tapi tidak banyak,” imbuhnya.
Pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. Guna menekan terjadinya kasus DBD. Pihak puskesmas di kecamatan dengan kasus DBD terbanyak juga sudah diminta untuk melakukan koordinasi lintas sektoral. Sehingga, bisa bergerak bersama menekan kasus DBD. (DS/02)