Dinamikasumbawa.com
SUMBAWA- Pemerintah Kabupaten Sumbawa mengakui masih mengalami kekurangan pasokan elpiji bersubsidi ukuran tiga kilogram. Dari total kebutuhan sebanyak 15.000 metrik ton yang telah diusulkan, baru terealisasi sekitar 11.000 metrik ton.
“Kekurangan sekitar 4.000 metrik ton inilah yang menjadi penyebab kelangkaan elpiji tiga kilogram di tengah masyarakat. Meski penyaluran dilakukan hampir setiap hari dari dua SPBE di Sumbawa,” ungkap Kepala Bagian Ekonomi Setda Sumbawa, Khaeruddin.
Ia menjelaskan, estimasi kebutuhan tersebut sudah mencakup konsumsi rumah tangga hingga pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM). Menurutnya, apabila kuota 15.000 metrik ton dipenuhi oleh Pertamina, maka kelangkaan gas subsidi di lapangan bisa dihindari.
“Kalau kuota itu dipenuhi, distribusi elpiji akan sangat longgar dan tidak menimbulkan gejolak di masyarakat,” ujarnya.
Selain keterbatasan kuota, lanjut Khaeruddin, persoalan lain terletak pada tata niaga yang belum tertata rapi. Meskipun di tabung elpiji tertulis “bantuan untuk masyarakat miskin”, distribusinya masih dilepas ke pasar bebas.
“Di Kabupaten Sumbawa ada delapan kelurahan dan 157 desa, sementara jumlah pangkalan mencapai lebih dari 600. Ini sulit diawasi karena keterbatasan tenaga,” imbuhnya.
Ia mengakui, pengawasan distribusi elpiji tiga kilogram masih belum maksimal. Pemerintah daerah pun terus melakukan koordinasi intensif dengan pihak Pertamina agar kebutuhan masyarakat dapat segera dipenuhi.
“Upaya terus kami lakukan agar kuota elpiji terpenuhi, sehingga kelangkaan saat ini bisa diminimalisir,” tegasnya.
Lebih lanjut, Khaeruddin menyampaikan bahwa pendataan terhadap penerima manfaat elpiji subsidi masih belum jelas. Hal ini membuat pengawasan distribusi menjadi tidak optimal.
“Data siapa yang berhak menerima belum akurat. Tapi kami tetap melakukan pengawasan agar tidak terjadi penyimpangan, dan masyarakat yang benar-benar layak dapat merasakan manfaatnya,” pungkasnya. (DS/02)
