Dinamikasumbawa.com
SUMBAWA- Kasus Tuberkulosis (TB) di Kabupaten Sumbawa kian mengkhawatirkan. Hingga akhir September 2025, Dinas Kesehatan mencatat sedikitnya 575 kasus TB ditemukan di berbagai wilayah. Angka ini diprediksi masih jauh dari jumlah kasus riil di lapangan yang belum terdeteksi, karena rendahnya tingkat pelaporan dan kesadaran masyarakat.
Merespons situasi ini, Dinas Kesehatan (Dikes) Kabupaten Sumbawa mengambil langkah strategis dengan membentuk Desa Siaga TB di tiga kecamatan sebagai pilot project pengendalian dan pemberantasan TB.
“Kami akan membentuk Desa Siaga TB sebagai langkah percepatan deteksi dan pengobatan kasus TB di masyarakat,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa, H. Sarip Hidayat, kepada wartawan usai pelantikan pejabat di Kantor Bupati Sumbawa, Rabu (1/10/2025).
Sarip mengungkapkan, berdasarkan proyeksi nasional, angka estimasi TB di Kabupaten Sumbawa seharusnya mencapai 750 kasus per tahun, dengan standar nasional sebesar 163 kasus per 100 ribu penduduk. Namun, hingga kini, baru 575 kasus yang berhasil ditemukan dan tercatat.
“Itu berarti, kita baru mendeteksi sekitar setengah dari jumlah riil kasus yang ada. Sisanya masih tersembunyi di masyarakat. Ini sangat berisiko terhadap penularan yang lebih luas,” tegasnya.
Melihat kondisi tersebut, Dikes merasa perlu membentuk satuan tugas (satgas) penemuan kasus secara aktif di masyarakat. Salah satu strategi utamanya adalah membangun sistem yang kuat di level desa, yang nantinya akan berperan sebagai garda terdepan dalam pengendalian TB.
Untuk tahap awal, jelas Sarip, program Desa Siaga TB akan diterapkan di tiga kecamatan. Masing-masing kecamatan akan dipilih satu desa sebagai lokasi uji coba. Pemilihan desa dilakukan berdasarkan tingkat kerentanan, angka kasus sebelumnya, dan kesiapan perangkat desa dalam mendukung program.
“Desa yang dipilih akan memiliki tim khusus di tingkat lokal, beranggotakan lintas sektor, seperti kader kesehatan, tokoh masyarakat, dan aparat desa. Tim ini akan didampingi langsung oleh tenaga medis dari puskesmas,” jelas Sarip.
Tim ini akan menjalankan sejumlah fungsi utama, seperti penyuluhan dan edukasi masyarakat tentang TB, penemuan kasus aktif dengan kunjungan rumah, pendampingan pengobatan hingga tuntas, pemantauan lingkungan dan peningkatan kualitas sanitasi.
Program Desa Siaga TB diharapkan dapat menjadi model pemberdayaan komunitas dalam pengendalian penyakit menular. Tidak hanya TB, tetapi juga potensi penyakit lainnya seperti ISPA dan penyakit infeksi lainnya yang rawan menular.
“Jika desa bisa aktif dalam memutus mata rantai penularan TB, maka kabupaten akan jauh lebih mudah mencapai target nasional eliminasi TB pada 2030,” ujar Sarip.
Ia juga menekankan pentingnya keterlibatan semua pihak, mulai dari sektor pendidikan, keagamaan, hingga organisasi kepemudaan di desa. Agar TB tidak lagi dianggap sebagai penyakit memalukan yang membuat warga enggan melapor.
TB hingga kini masih menjadi salah satu penyakit menular paling mematikan di dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang paru-paru dan bisa menular melalui udara, terutama ketika penderita batuk atau bersin.
Kunci pengendalian TB adalah penemuan dini dan pengobatan tuntas selama minimal enam bulan. Jika tidak ditangani secara serius, TB bisa menyebabkan komplikasi, resistensi obat, bahkan kematian.
Karena itu, pembentukan Desa Siaga TB di Kabupaten Sumbawa merupakan langkah konkret untuk menjawab tantangan besar ini.
“Ini bukan sekadar program. Ini panggilan kemanusiaan. Kita ingin masyarakat bebas TB, sehat, dan produktif,” pungkas Sarip Hidayat. (DS/02)