Dinamikasumbawa.com
SUMBAWA- Hasil uji laboratorium makanan MBG di Kelurahan Lempeh Kecamatan Sumbawa oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) telah terbit. Menurut informasi, ditemukan bakteri Staphylococcus Aureus, pada makanan penyebab keracunan puluhan siswa beberapa waktu lalu.
Terkait temuan ini, Sekda Sumbawa, Dr. H. Budi Prasetyo yang ditemui di ruang kerjanya, Jumat (26/9/2023) mengatakan akan melakukan pengawasan secara ketat pada SPPG. Agar tidak muncul kasus yang sama. Bahkan Dinas Kesehatan juga diminta untuk melakukan pendampingan termasuk kepada para ahli gizi yang ada di masing-masing SPPG.
“Kami berharap kejadian-kejadian terdahulu tidak terjadi lagi. Kami juga sudah melakukan rapat koordinasi dengan semua SPPG yang ada di Sumbawa terkait persoalan tersebut,” ujarnya.
Sekda mengungkapkan, dalam rapat koordinasi tersebut, pemerintah meminta kepada SPPG agar memberlakukan SOP secara ketat yang telah diberikan oleh Badan Gizi Nasional (BGN). Mulai dari proses pengolahan bahan mentahnya, hingga proses distribusi ke sekolah-sekolah.
“Kita minta agar SOP dari BGN ini bisa diberlakukan secara ketat. Jika itu dilakukan saya yakin kasus-kasus keracunan akan tidak ada lagi di Sumbawa,” ucapnya.
Sekda menegaskan, pemerintah daerah pun memastikan akan melakukan pemantauan secara khusus terkait penerapan SOP tersebut. Karena ada SPPG yang diketahui tidak menerapkan SOP. Apalagi saat ini belum banyak SPPG yang beroperasi di Sumbawa, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan bisa diminimalisir.
“Kami juga akan berkoordinasi dengan semua ahli nutrisi yang ada di masing-masing puskesmas untuk memastikan pola masak, bahan yang digunakan termasuk distrubusi yang menjadi potensi penyebab terjadinya keracunan,” sebutnya.
Diketahui, kasus keracunan MBG di Kelurahan Lempeh diakibatkan bakteri Staphylococcus Aureus yang ditemukan di lauk ayam suir. Dalam proses uji laboratorium tersebut ada tiga sampel yang dikirim. Yakni ayam suir, sayur, dan beberapa makanan lainnya yang bisa menyebabkan keracunan.
Bakteri tersebut bisa saja muncul dari petugas penjamah makanannya, orang yang mengolah makanan, dan bahan baku makanan yang tidak bersih. Selain itu bakteri tersebut bisa juga terpapar dari alat-alat yang tidak bersih dicuci dan langsung digunakan.
Bakteri ini bisa berkembang di makanan, walaupun sudah di masak. Ketika suhunya tidak di atas 60 derajat dan dibawah 5 derajat, bakteri itu bisa berkembang. Sementara untuk kandungan E-Coli di air dari dapur MBG tersebut sangat tinggi, yakni mencapai lebih dari 100. (DS/02)