B2SA-Lumbung Pangan, Perkuat Ketahanan Pangan dari Desa

Dinamikasumbawa.com

SUMBAWA- Pemerintah Kabupaten Sumbawa terus memperkuat ketahanan pangan dengan melibatkan desa sebagai garda terdepan. Melalui program Desa Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA) dan Penguatan Lumbung Pangan, Pemda Sumbawa berupaya membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya mengonsumsi pangan bergizi sekaligus meningkatkan kemandirian pangan keluarga.

Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Sumbawa, Syaihuddin, menjelaskan bahwa program B2SA kini telah dijalankan di 20 desa. Program ini menjadi bagian dari strategi besar Pemda Sumbawa dalam menjaga stabilitas dan ketersediaan pangan berbasis masyarakat.

“Program ini kami rancang agar masyarakat tidak hanya menanam, tapi juga mengonsumsi pangan hasil olahan sendiri sesuai prinsip B2SA. Artinya, makanan yang dikonsumsi harus beragam, bergizi seimbang, dan aman,” jelasnya, Jumat (24/10/2025).

Dalam pelaksanaannya, kelompok masyarakat di masing-masing desa memanfaatkan pekarangan untuk menanam berbagai jenis tanaman pangan, sayuran, dan buah-buahan. Selain itu, mereka juga melakukan budidaya lele serta membangun rumah bibit untuk menunjang keberlanjutan produksi pangan.

Setiap kelompok mendapat bantuan sebesar Rp 75 juta. Digunakan untuk kegiatan menanam, membangun fasilitas pendukung, hingga praktik memasak. “Kami juga memberikan edukasi tentang cara menyusun menu, mengolah, dan mengonsumsi makanan sesuai standar gizi B2SA,” tambah Syaihuddin.

Program ini tidak hanya menyasar masyarakat umum, tetapi juga kelompok rentan seperti ibu hamil, lansia, anak penderita stunting, bayi, dan balita. Harapannya, pola makan sehat bisa menjadi kebiasaan yang berkelanjutan, sekaligus berkontribusi dalam menurunkan angka stunting di Kabupaten Sumbawa.

Selain program B2SA, Pemda Sumbawa juga meluncurkan program Penguatan Lumbung Pangan, yang dilaksanakan di dua desa. Melalui program ini, kelompok masyarakat diberikan pelatihan manajerial untuk memperkuat kelembagaan pangan di tingkat desa.

“Di sini kami berikan pelatihan terkait manajemen keuangan, pembukuan, dan pengelolaan stok bahan pangan. Kelompok juga dilatih agar mampu mencanangkan bahan pangan sebagai cadangan bila terjadi bencana alam atau kekurangan pangan,” terang Syaihuddin.

Masing-masing desa peserta program ini menerima bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp 100 juta, yang digunakan untuk membeli gabah petani sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET). Gabah tersebut kemudian diolah menjadi beras dan dijual kembali oleh kelompok. Sehingga memberikan nilai tambah sekaligus memperkuat ekonomi desa.

Di tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat, hanya Kabupaten Sumbawa dan Lombok Tengah yang mendapat kepercayaan untuk menjalankan program penguatan lumbung pangan ini. Kedepan, Pemda Sumbawa berharap model tersebut bisa diterapkan di lebih banyak desa. Apalagi, sesuai ketentuan, 20 persen dana desa harus dialokasikan untuk program ketahanan pangan.

Menurut Syaihuddin, langkah ini juga merupakan bentuk antisipasi pemerintah daerah terhadap potensi bencana alam, bencana sosial, maupun fluktuasi harga pangan.

“Pemda memiliki kewajiban untuk menyiapkan cadangan pangan. Jadi, ketika terjadi krisis, masyarakat tidak sampai kekurangan bahan makanan,” tegasnya.

Ia menambahkan, ketahanan pangan tidak hanya diukur dari ketersediaan bahan makanan semata. Tetapi juga dari kemampuan masyarakat untuk mengakses, membeli, dan mengonsumsi pangan dengan harga yang terjangkau.

Dengan adanya sinergi antara pemerintah daerah dan pemerintah desa, Syaihuddin optimistis Kabupaten Sumbawa mampu mewujudkan kemandirian pangan yang berkelanjutan. “Kami ingin ketahanan pangan di Sumbawa benar-benar dimulai dari desa, untuk kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya. (DS/02)

Articles You Might Like

Share This Article

Get Your Weekly Sport Dose

Subscribe to TheWhistle and recieve notifications on new sports posts