Dinamikasumbawa.com
SUMBAWA- Langkah besar menuju industrialisasi peternakan sapi digagas di Kabupaten Sumbawa. Delegasi Japan International Cooperation Agency (JICA) resmi melakukan kunjungan penjajakan untuk investasi proyek peternakan sapi terintegrasi, menandai potensi kolaborasi internasional dalam pengembangan sektor peternakan daerah.
Rombongan JICA diterima langsung oleh Bupati Sumbawa, Ir. H. Syarafuddin Jarot, MP, bersama jajaran Forkopimda dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, di Ruang Rapat H Hasan Usman, Kantor Bupati Sumbawa, belum lama ini.
Dalam pertemuan itu, Bupati menekankan bahwa Sumbawa merupakan kabupaten dengan lahan terluas di Provinsi NTB dan menyimpan potensi besar untuk pengembangan peternakan sapi secara modern. Namun, tantangan utama yang dihadapi masih berkisar pada keterbatasan pakan, air, akses pasar, serta sarana pendukung lainnya.
“Masyarakat peternak hanya mampu memelihara 3–4 ekor sapi karena keterbatasan lahan dan pakan. Sebagian besar lahan telah digunakan untuk menanam jagung. Peternakan skala menengah seperti milik Pak Mukhlis di Labangka membutuhkan modal besar, yang tidak semua petani miliki,” ungkap Bupati.
Salah satu lokasi yang menjadi perhatian serius adalah Kawasan Terpadu Mandiri (KTM) Labangka, yang direncanakan menjadi pusat peternakan berkelanjutan. Di kawasan ini, pemerintah daerah tengah menggodok konsep peternakan terintegrasi, mulai dari penyediaan lahan pakan, kandang modern, hingga sistem manajemen dan pemasaran berbasis teknologi.
Mendukung rencana besar itu, Pemkab Sumbawa juga tengah mengusulkan pembangunan Bendungan Labangka Komplek dengan estimasi anggaran mencapai Rp 2,1 triliun. Bendungan ini diharapkan dapat menjamin ketersediaan air untuk pertanian dan peternakan. Namun, hingga kini, proyek tersebut masih menunggu prioritas pendanaan dari pemerintah pusat, yang saat ini lebih fokus pada pembangunan jaringan irigasi.
Masalah yang dihadapi para peternak lokal tidak berhenti di ketersediaan pakan dan air. Akses pasar yang terbatas, harga daging yang tidak stabil, serta belum adanya fasilitas penyimpanan dingin (cold storage) dan sistem pengemasan modern, membuat pengembangan peternakan sulit berkembang.
Padahal, kebutuhan daging sapi di NTB tergolong tinggi, terutama untuk menyuplai hotel-hotel berbintang dan perusahaan tambang, yang sebagian besar masih bergantung pada impor daging dari Australia.
Menurut data Bappeda Kabupaten Sumbawa, kontribusi daerah ini terhadap perekonomian NTB sangat signifikan. Diantaranya jagung: 46 persen terhadap produksi NTB, udang 72,92 persen (tertinggi di Indonesia), rumput laut 67,54 persen, kopi: 42,27 persen, dan sapi hidup: 29,97 persen.
Melihat potensi tersebut, pemerintah daerah menargetkan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui skema tarif komoditas unggulan. Sektor peternakan sapi sendiri diproyeksikan mampu menyumbang hingga Rp 20,97 miliar per tahun, jika dikelola secara maksimal.
Kunjungan JICA bukan sekadar seremoni. Dalam kunjungan ini, JICA membawa empat perusahaan asal Jepang, serta menggandeng sebelas perusahaan besar lainnya yang tertarik mengembangkan sektor peternakan dan pangan di Indonesia.
“Ini adalah bagian dari 85 proyek kerja sama Jepang di Indonesia. Peternakan sapi menjadi proyek ke-9 kami. Kami ingin berkontribusi memenuhi kebutuhan pangan nasional,” ujar salah satu perwakilan JICA.
Salah satu perusahaan yang hadir, PT Takakita, bahkan memaparkan teknologi pengolahan pakan berbasis traktor yang mampu memanfaatkan limbah tongkol jagung—sebuah solusi tepat mengingat jagung adalah komoditas utama di Sumbawa.
JICA menyampaikan bahwa Jepang mulai memperluas fokus investasinya dari manufaktur ke sektor hilirisasi dan pangan. Dengan kerja sama ini, Sumbawa dipandang punya peluang besar untuk menjadi pusat produksi dan distribusi daging sapi nasional.
“Sumbawa punya lahan luas dan tenaga kerja yang melimpah. Jika ada integrasi manajemen modern dengan dukungan investor Jepang, kami optimis Sumbawa bisa menjadi lumbung daging sapi nasional,” tegas Bupati.
Pemerintah daerah berharap, proyek kerja sama ini tidak hanya berdampak pada peningkatan produksi daging, tapi juga membuka lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan peternak, dan mengurangi ketergantungan pada daging impor.
Dengan rencana peternakan terintegrasi dan dukungan teknologi Jepang, masa depan peternakan sapi di Sumbawa kini memasuki babak baru. Tinggal menunggu realisasi dan komitmen semua pihak agar potensi ini benar-benar bisa menjelma menjadi kekuatan ekonomi baru di kawasan timur Indonesia. (DS/02)