Dinamikasumbawa.com
SUMBAWA- Sebanyak 29 siswa tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Sumbawa tercatat putus sekolah pada tahun ajaran 2025–2026. Data ini diungkapkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Sumbawa dari total sekitar 28.000 peserta didik tingkat SMP.
“Dari 29 siswa tersebut, terdiri dari 19 laki-laki dan 10 perempuan. Sementara di jenjang Sekolah Dasar (SD), tidak ada anak yang berstatus putus sekolah,” ungkap Sekretaris Dikbud Kabupaten Sumbawa, Sudarli, Jumat (25/7/2025).
Menurutnya, faktor utama penyebab anak tidak melanjutkan sekolah adalah jarak tempuh yang sangat jauh dan akses jalan yang sulit dijangkau, khususnya di wilayah terpencil seperti Kecamatan Labangka dan Batulanteh.
“Contohnya di Desa Prode (SP 1), jarak ke SMP terdekat yaitu SMPN 7 Pamunga cukup jauh dan sulit diakses. Hal ini sudah kami laporkan ke Menteri saat kunjungan ke Sumbawa,” jelasnya.
Sebagai solusi sementara, Menteri Pendidikan menyarankan pembangunan Sekolah Satu Atap (Satap). Untuk menampung siswa dari wilayah terpencil, sembari menunggu pembangunan sekolah baru.
Namun, pembangunan sekolah baru juga harus mempertimbangkan jumlah siswa yang akan masuk. “Jangan sampai sekolah dibangun tapi tidak ada siswanya. Itu juga tidak menyelesaikan masalah,” tegasnya.
Selain Labangka, angka putus sekolah juga ditemukan di Dusun Pusu dan Deriu, Kecamatan Batulanteh. Ketiga sekolah terdekat, yakni Satap 6 Desa Bao, Satap 4 Musuk, dan Satap 3 Punik, memiliki jarak tempuh jauh dan akses jalan sulit.
Dikbud telah berkoordinasi dengan DPRD Sumbawa untuk mencari solusi, termasuk penyediaan akses transportasi. Pemerintah juga mendorong pemanfaatan program pendidikan nonformal seperti Paket A, B, dan C bagi siswa yang putus sekolah.
“Masalah ini harus menjadi perhatian serius semua pihak. Anak-anak ini masa depan daerah,” pungkas Sudarli. (DS/02)