Kembangkan Potensi Udang, Perlu Revitalisasi Tambak Tradisional 

Dinamikasumbawa.com

SUMBAWA- Tidak dapat dipungkiri bahwa udang merupakan salah satu potensi terbesar di Kabupaten Sumbawa. Saat ini, Pemda Sumbawa tengah berupaya mengembangkan potensi tersebut. Salah satu upaya yang harus dilakukan, yakni dengan merevitalisasi tambak tradisional yang ada.

Kepala Bappeda Kabupaten Sumbawa, Adi Nusantara yang ditemui di ruang kerjanya, Rabu (4/6/2025) mengatakan, potensi udang Kabupaten Sumbawa terbesar di NTB. Dalam hal ini pihaknya menyuarakan jika ingin NTB Makmur Mendunia sesuai visi misi Gubernur NTB, harus menjadikan udang sebagai komoditas unggulan dalam program NTB Agromaritim.

Sebab, menurut Adi, 72 persen potensi udang NTB berasal dari Kabupaten Sumbawa. Karenanya, disarankan ke Pemprov NTB untuk mengadopsi hal ini. Juga telah disepakati untuk mengintegrasikan RPJMD Kabupaten Sumbawa dan Provinsi NTB terkait pengembangan potensi udang. Pasalnya, dalam RPJMN, potensi udang masuk prioritas pertama di Kabupaten Sumbawa.

Karena itu, Pemda Sumbawa mengusulkan ke Bappenas dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI, untuk merevitalisasi tambak tradisional di sepanjang pesisir utara Kabupaten Sumbawa melalui skema Proyek Strategis Nasional (PSN). Menteri KKP dalam kunjungannya ke Kabupaten Sumbawa beberapa waktu lalu menyatakan siap mendorong ini. Asalkan Pemda Sumbawa menyiapkan lahan yang tidak bermasalah.

Adi mengungkapkan, meskipun kelayakan teknisnya dinilai belum terlalu bagus oleh KKP, namun jika ditambahkan dengan sejumlah teknologi, hal itu bisa disiasati. Sebab, kelayakan ekonomi dan sosialnya bisa mendukung.

Jika persiapannya sudah selesai, maka disampaikan ke pusat. Kemudian KKP akan menjembatani pinjaman luar negeri Korea Development Bank (KDB). Sehingga 800 hektar lahan tambak di Desa Penyaring Kecamatan Moyo Utara bisa direvitalisasi. Dengan demikian, hasil tambak tradisional yang ada diubah menjadi tambak modern. Tentunya hasilnya juga meningkat, yang semula dibawah 1 ton per hektar, menjadi rata-rata diatas 40 ton per hektar.

“Luar biasa ini menurut saya. Nanti ini akan menimbulkan pengembangan perekonomian daerah,” ujarnya.

Sejauh ini, terang Adi, semua potensi udang sudah digali. Para investor besar juga sudah mulai beroperasi di Sumbawa. Bahkan ada tambak modern dengan produksi hingga 60 ton per hektar.

Karenanya, pemerintah harus mengeluarkan kebijakan yang pro rakyat. Dimana tambak tradisional harus ditingkatkan kapasitas produksinya.

Selain itu, dalam skema yang diusulkan bersama Bappenas, diharapkan dibangun Fish Factory di Kabupaten Sumbawa. Nantinya udang yang ada di Kabupaten Sumbawa dikelola di fasilitas tersebut, barulah kemudian diekspor. Sehingga ada peningkatan nilai tambah dari potensi tersebut.

“Jangan sampai kita produksi udang, kita gesernya ke Pulau Jawa. Jadi mereka yang melakukan prosesingnya. Jadi nilai tambahnya di sana, bukan di sini,” imbuhnya.

Menurut Adi, konsep nilai tambah inilah yang dituangkan dalam RPJMD 2025-2029. Sehingga tematik lima tahun sekarang ini adalah industrialisasi komoditas atau produk unggulan daerah.

Dengan demikian, Kabupaten Sumbawa yang selama ini bergantung pada sektor pertanian, bergeser secara bertahap ke sektor industri. (DS/02)

Articles You Might Like

Share This Article

Get Your Weekly Sport Dose

Subscribe to TheWhistle and recieve notifications on new sports posts